Sabtu, 08 Juni 2013

Matahari X Cinta

Episode 1

      Kriing……Kriing!!!

      Suara jam beker yang sudah bordering lebih dari sepuluh  menit itu telah memecahkan kesunyian pagi. Cahaya matahari pun sudah masuk ke dalam kamar. Namun, Matahari masih terlelap di dalam mimpinya. Suara jam beker dan cahaya matahari sama sekali tidak dapat mengusik tidurnya.

      “ Matahari ayo bangun! ” teriak mama Matahari dari balik pintu.

      “ Iya….Iya…..Ma…” sahut Matahari dengan mata yang masih terpejam.

      Matahari segera bangun dari tempat tidurnya walaupun sebenarnya ia masih mengantuk. Matahari melirik jam bekernya yang sudah dari tadi berbunyi.

      “ Haah…..udah jam segini…. ” kata Matahari panik.

       Tanpa pikir panjang lagi, Matahari melompat dari tempat tidurnya dan berlari menuju kamar mandi. Ia pun tak sempat menikmati sarapan yang sudah dipersiapkan mamanya.

      “ Ma….aku….berangkat….ya! ” seru Matahari sanbil mengambil tas.

      “ Hati-hati! ” seru mama Matahari panik melihat matahari yang terburu-buru itu. 
***

      “Selamat pagi anak-anak?” sapa Bu Rita mengawali perjumpaan pagi itu.

      “Pagi Bu…” jawab murid-murid serentak.

      “Anak-anak pagi ini kalian kedatangan teman baru… Silahkan masuk…” kata Bu Rita tiba-tiba.

      Semua murid terdiam karena penasaran. Mereka juga serentak menoleh ke pintu kelas. Perlahan-lahan seorang pemuda mulai memasuki ruang kelas. Semua murid perempuan tak henti-hentinya memandangi pemuda itu, kecuali Matahari yang hanya bersikap biasa saja.

      “Baiklah… Rio ayo kenalkan dirimu pada teman-teman sekelasmu!” perintah Bu Rita.

      “Baik Bu… Nama saya Rio Putra Ardiansah… Saya pindahan dari Bandung…” kata Rio singkat.

      “Sekarang kamu duduk di bangku yang kosong itu…” kata Bu Rita sambil menunjuk bangku yang tepat berada disamping Raka.

      “Baik Bu…”

      Rio pun berjalan menuju bangku Raka. Ia menatap Matahari dan sedikit tersenyum padanya, tapi Matahari masih tetap dingin dan mengacuhkannya. Raka yang duduk disamping Rio pun cepat menjadi akrab dengannya.

***

      Matahari dan Difa terlihat sedang asyik mengobrol. Mereka pun tak sadar akan kehadiran raka yang sudah dari tadi memanggilnya. Dengan perasaan kesal Raka meletakkan semua minuman- minuman yang ada di tangannya diatas meja. Mereka pun serentak menoleh kearah Raka.

      “ Lho… ka….bukannya tadi kamu masih disana? Kok sekarang kamu udah ada di sini sih?”  tanya Difa polos.

      “Huuh… jadi kalian dari tadi gak denger? Aku kan udah manggil kalian berkali-kali… Susah tau bawanya…. Mana gak ada yang bantuin…. Untung aja gak tumpah…” gerutu Raka kesal.

      “Sory… Sory…Ka… kita bener-bener gak denger…” kata Matahari sambil tertawa geli.

      “Eh…Ta… menurut kamu Rio itu orangnya gimana?” tanya Raka penasaran.

      “Biasa aja…” ucap Matahari singkat.

      “Yang bener?” goda Difa.

      “Apaan sih kalian…” seru Matahari mulai kesal.

      “ Dia tadi senyum sama kamu lho…” tambah Difa.

      “Oh…” kata Matahari berlagak tidak peduli

      “Rio…!” terdengar Raka memanggil Rio.

      Rio menoleh kesamping. Raka sedang mangangkat tanngannya tinggi-tinggi. Rio pun melanjutkan langkahnya menuju tempat Raka berada.

      “Duduk aja  Io…” kata Difa cepat.

      “Makasih…”balas Rio.

      “Io kenalin ini Difa Anggraeni…” seru Raka tiba-tiba. “Kalo yang disamping Difa ini adalah Matahari Putri…” tambah Raka sambil menunjuk kearah Matahari.

      Rio tampak sedikit tersenyum geli mendengar nama Matahari. Tidak sampai sepuluh menit Rio duduk bersama mereka, bel pertanda istirahat telah usai sudah berbunyi.

***

      “Anak-anak kerjakan latihan halaman 44 yang A dan B !” perintah Bu Rita. “Ibu mau ke kantor sebentar, kalian jangan ada yang ribut…” lanjut Bu Rita.

      Semua murid sibuk mencari-cari jawaban dan menuliskannya di buku masing-masing. Tapi lain halnya dengan Rio, ia justru sibuk mengobrol ria dengan Raka sehingga membuat Matahari yang duduk didepannya merasa terganggu.

      “Io… kamu bisa diem gak sih…” bentak Matahari sambil berdiri menatap Rio.

      “Ta… udah… Ta…” kata Difa menengahi.

      “Eh… terserah aku donk…!” balas Rio.

      “Eh… gak bisa gitu lah… kita keganggu sama suara-suara yang kamu buat…” Matahari menatap Rio dengan tajam.

      “Yang lain gak ada yang protes tuh…” seru Rio.

      “Uuuuh… emang gak ada gunanya ngomong sama kambing…” kata Matahari mulai tenang.

      “Apa ?” tanya Rio terkejut. “Dasar nama kok Matahari… Emang gak ada nama lain yang lebih bagus apa? dasar…” seru Rio tak mau kalah.

      “Heh... gak ada salahnya donk… ini yang ngasih juga orang tua aku…” balas Matahari.

      “Stooop…!” teriak Difa, Matahari dan Rio pun langsung terdiam. “Kalian tau gak sih… Kalian itu udah buat gaduh kelas ini…” lanjut Difa.

      “Gimana yang lain mau konsentrasi…” Matahari hendak menyahut, tapi Raka kembali melanjutkan kata-katanya. “Kalian itu bener-bener kayak anak kecil…”

      Akhirnya Matahari dan Rio mulai tenang, mereka pun terduduk diam. Rio yang duduk dibelakang Matahari lama-kelamaan mulai memperhatikan Matahari dari belakang, tapi Matahari sama sekali tidak menyadarinya. Raka yang mengetahui hal itu hanya diam saja dan merahasiakan hal ini dari Matahari maupun Difa.

***

      “Eh… Ta… kamu sekarang akrab banget ya sama Rio…” kata Difa mengawali pembicaraan pagi itu.

      “Akrab apaan ?” tanya Matahari heran.

      “Ya akrab aja… Secara tiap hari kamu sama dia kan berantem terus…” jelas Difa.

      “Itu sih bukan akrab, aku aja benci banget sama dia…” ujar Matahari.

      “Benci apa benci ? Benci sama cinta itu bedanya tipis banget lho Ta…” goda Difa.

      “Fa… Aku gak percaya benci bisa jadi cinta… Aneh-aneh aja kamu…” kata Matahari sambil sesekali menenggak air mineralnya.

      “Bener nih ?” tanya Difa mulai serius.

      “Bener lah…” ujar Matahari yakin.

      “Oh… Gitu…” DIfa menggumam pelan.

      “Emangnya kenapa Fa ? Kok tiba-tiba kamu nanya kayak gitu ?” gantian Matahari yang penasaran.

      “Hmmm… Gak pa-pa sih…” sahut Difa sambil tersenyum manis. “Ta… Kamu kenapa gak rukun aja sih sama Atra ?” tanya Difa tiba-tiba.

      “Aku udah terlanjur benci sama dia…” ujar Matahari.

      Sesaat suasana menjadi hening. Kemudian Raka datang bersama Rio, akan tetapi suasana masih terasa hening. Matahari dan Rio duduk saling berhadap-hadapan, tapi Matahari sama sekali tidak peduli akan kehadiran Rio. Raka dan Difa hanya bisa memandang kedua temannya itu dengan tatapan bingung.

      “Ta…. kenapa kamu dari tadi diem aja ? ajak ngobrol kek si Rio…” perintah Raka.

      “Aaah… Malesss…” balas Matahari singkat.

      “Kenapa ?” tanya Difa penasaran.

      Matahari menghembuskan napas keras-keras, “gini ya….gak ada gunanya ngomong sama orang kayak dia… ujung-ujungnya pasti berantem…”

      “Kenapa sih kamu?” kata Rio, emosinya sedikit terpancing.

      “Enggak apa-apa sih…” ujar Matahari santai.

      “Dasar Matahari jelek…” gumam Rio pelan.

      “Apa?” tanya Matahari tak percaya.

      Rio tersenyum sinis, “emang bener kan?”

      “Dasar belagu! Gak salah aku benci banget sama kamu…” seru Matahari dengan muka merah padam.

      “Oh… bagus kalo gitu…. Aku juga benci banget sama kamu…” balas Rio.

      Tanpa mereka sadari, Raka dan Difa sudah tidak ada bersama mereka. Semua orang yang ada disana memperhatikan mereka berdua. Matahari dan Rio hanya bisa terdiam dan tertunduk malu.

Bersambung.....!!!!

3 komentar:

  1. kereeeeeeeeeeeeennnnnnnnnnnnn Alni :-)

    BalasHapus
  2. arigatou gozaimasu patrick-san

    BalasHapus
  3. Ano... .. knp nma2 gk pkk nma jpang aja...gomen...jgn d pkirkn yg q blng td...

    BalasHapus